Maria Mau, Elisabeth Tuwa, Agustina Bedha, Lidvina Dhaja, Petronela Ngeri, Wigberta Mbepa, Kristina Pai, Dominatris Suwo, Maria Hendrika Tea dan Hermina Dhongo adalah 10 perempuan berasal dari Desa Tedamude, Tedakisa, Rendubutowe, Pagomogo dan Kampung Makipaket, di Kabupaten Nagekeo yang hari ini tampil percaya diri, tak hanya mahir merakit perangkat listrik tenaga surya namun juga menjadi penggerak di desa masing-masing.
Menambah jumlah perempuan di Nagekeo, sebelumnya 7 perempuan yang tersebar di desa yang sama, mereka punya julukan baru: Mama Terang.



Memberi Pengaruh
Agustina Bheda dan Petronela, dua mama terang dari dusun Makipaket, Kel. Mbay II, bercerita, mereka kini punya kegiatan tambahan selain sebelumya membantu suami berdagang kecil-kecilan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalamannya, mereka membentuk kelompok tani perempuan memanfaatkan lahan milik orang tua Agustina Bheda, untuk ditanam kacang-kacang, sayur dan tanaman holtikultura.
Yang dilakukan oleh Agustina dan Petronela tidak datang begitu saja. Mereka bersama 8 mama terang lainnya memulainya dengan belajar sebagai teknisi Listrik Tenaga Surya sebagai kelanjutan dari bantuan hibah 600 unit LTS dari Barefoot College melalui Yayasan Wadah Titian Harapan. Terdapat total 17 mama terang yang khusus disiapkan sebagai teknisi agar hibah komponen Listrik Tenaga Surya tersebut berdampak optimal, tak seperti pengalaman sebelumnya, mangkrak dan jadi rongsokan.
Tak hanya Agustina dan Petronela, giat gerakan mama terang ini juga dirasakan di desa Pagomogo, dimana mama Natris tinggal, juga desa Rendubutowe dimana Mama Lin (Lidvina). Kini, mereka tak hanya tinggal di rumah menanam kacang atau menenun, akhirnya memikirkan kegiatan lain yang lebih produktif, dan mengajak suaminya yang semula mereka masing-masing, akhirnya bekerjasama. Keberhasilan kedua mama mengajak pasangannya untuk berkolaborasi di rumah tangga, adalah hal luar biasa yang tak bisa diremehkan, apalagi di lingkungan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang masih kental budaya patriaki.
Learning by Doing, belajar dengan praktek
Pelatihan yang diselenggarakan tidak hanya fokus pada kemampuan dan keterampilan para teknisi dalam merakit LTS, namun juga penguatan dan pembekalan atas pembentukan karakter pribadi untuk selalu memiliki sikap, pola pikir dan cara pandang yang positif. Inilah yang menjadi fokus utama pelatihan yang dijadikan sebagai fondasi sebelum peserta mampu dan menguasai alat-alat dan komponen-komponen listrik tenaga surya, yang pastinya merupakan hal baru bagi mama-mama.
Metode partisipatif dan pendekatan kekeluargaan yang dilaksanakan dalam proses pelatihan memunculkan potensi yang sudah dimiliki oleh mama-mama yang awalnya tampak polos dan sederhana. Ketajaman daya pikir dan semangat belajar peserta membuat proses belajar ini mengalami kemajuan yang sangat signifikan.
Pada saat memasuki bagian teori, peserta menunjukkan pemahaman yang signifikan dimana setiap peserta mampu tampil dan menjelaskan teori yang didapat selama belajar. Namun, mengenal teori saja tidak cukup. Agar peserta semakin terlatih, instruktur memberi penugasan kepada setiap peserta agar membagi pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada peserta lainnya. Dengan metode ini, tidak hanya seorang peserta yang menguasai, namun ia juga berperan untuk membantu peserta lainnya untuk menguasai teori dan praktek.



Tak selamanya berjalan mulus, proses perakitan PCB (printed circuit board) Charge Controller pada hari ke-8 sempat terkendala karena kiriman komponen dan PCB kosong belum tiba dari India, namun berbekal semangat kreatifitas maka pelatih berinisiatif melakukan uninstall charge controller yang sebelumnya dikirim untuk bengkel (Rural Electronic Workshop/REW).
Praktik merakit dimulai peserta dengan belajar membongkar/uninstall semua komponen yang ada pada PCB charge controller yang merupakan rangkaian terpenting pembangkit listrik tenaga surya. Uninstall dilakukan dengan cara disoldering dan melihat serta memahami fungsi, tata letak, masing-masing komponen charge controller. Proses ini dilakukan berkali-kali sehingga peserta mampu membuka dan merakit kembali.
Bagi Yayasan Wadah, menyelenggarakan pelatihan LTS bagi teknisi adalah pengalaman yang pertama kali. Sebelumnya, pelatihan dilakukan di Tilonia, India, letak Barefoot College International berada. Wadah sudah mengirim 25 mama terang yang berasal dari Kab Timor Tengah Selatan, Kab Alor, dan Kab. Sikka dan terakhir 7 mama terang dari Kab. Nagekeo. Pandemi Covid19 yang melanda sejak awal 2020 lalu membuat Wadah dan Barefoot berpikir kreatif dan berani, dan menyampaikan usulan untuk melaksanakan pelatihan di Kab. Nagekeo. Akhirnya gayung bersambut, sehingga pemkab Nagekeo memasukkan program pelatihan teknisi LTS ini dalam rencana kerja pemerintah di tahun 2022, dan akhirnya menunjuk Yayasan Wadah menjadi penyelenggara pelatihan sekaligus mempersiapkan materi pelatihannya.
Bedanya dengan pelatihan yang dilaksanakan di India, pada pelatihan kali ini, terdapat 1 laki-laki bernama Paulus Ratu, warga dusun Makipaket, Kel. Mbay II. Selain terdapat peserta laki-laki, instruktur pelatihan ini tidak didatangkan dari Barefoot, India, namun adalah Bibi Rasmi dari Nangahure, Wuring Lembah di Sikka dan muridnya, Bernama Gaudensius Botu, berasal dari Kampung Pomat, Kel Wailiti, Alok Barat, Sikka yang dipercaya menjadi pelatih. Mereka menjadi instruktur teknis, sedangkan untuk penguatan softskill diberikan oleh tim Operasional Yayasan Wadah.
Dukungan Emosional
Selama proses pelatihan, kunjungan dari jajaran Dinas Transnaker, Bapak dan Ibu Bupati, Bapak dan Ibu Wakil Bupati menambah semangat dan memberikan dukungan emosional bagi peserta. Siapa menyangka bahwa pejabat nomor 1 dan 2 di Kabupaten Nagekeo datang mengunjungi mereka berlatih. Hal ini tentu menambah kepercayaan diri peserta, menambah kebanggaan mereka bahwa melalui pelatihan bersama Wadah mereka mendapatkan kesempatan berbincang, bertatap muka secara langsung dengan pejabat tertinggi di Kabupaten, yang sebelumnya semua itu hanya ada dalam mimpi mereka.
Tak hanya dukungan dari pemerintah Kabupaten, dukungan dari Yayasan Wadah dan Barefoot College juga diberikan melalui virtual. Kehadiran yang mungkin dianggap sepele namun ternyata sangat berdampak secara mental dan semakin menambah kepercayaan diri mereka, sehingga berdampak pada kinerja dalam pelatihan.
Panitia, pelatih dan peserta juga manfaatkan waktu di akhir pekan untuk melakukan kunjungan dan jalan-jalan tamasya sehingga menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman. Bagi Mama Lin, mama Natris yang tinggal di gunung, pergi ke pantai Makipaket dan menginjakkan kaki di pasir adalah pengalaman pertama yang tak dilupakan. Selama hidup mereka yang tinggal di gunung, pantai dan laut mungkin hanya ada dalam cerita dan gambar saja.



Selain ke pantai, peserta juga diajak mengunjungi tambak ikan, kebun tomat dan cabai, dan tempat budi daya jamur. Melalui kunjungan ini, diharapkan setiap peserta bertambah wawasannya dan terinspirasi untuk memulai usaha pertanian dan budi daya, serta mampu melihat peluang untuk dapat dilakukan di desa masing-masing.
Pelatihan bagi teknisi Listrik Tenaga Surya ini dilaksanakan di Valensof, di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 23 Juni – 27 Juli 2022.
Author: Nyoman Arya Subamia
Editor: Paula Stella Nova Landowero