Hasan Azhary dan Zakiyah Samal dari Yayasan Wadah menjadi pembicara di Seminar penutupan hasil kegiatan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Bela Negara Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) dengan tema "Belajar Dari Masyarakat, Berperan Membangun Negara". Kegiatan ini diikuti oleh Civitas akademika dan mahasiswa peserta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Unpar dan tim Wadah baik secara langsung di ruang auditorium Visual FISIP Unpar maupun melalui online pada hari Jumat, 16 Desember 2022.
Belajar dari Masyarakat, Berperan untuk Membangun Negara
Menurut Sophan Adjie, koordinator dosen Universitas Katolik Parahyangan, MBKM adalah sebuah program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier. Sedangkan MBKM Bela Negara adalah MBKM khas Unpar yang mendorong inovasi baru berdasarkan potensi pemecahan masalah berbasis masyarakat demi ketahanan ideologi, pengembangan kearifan lokal, ketahanan pangan, kesadaran anti korupsi, interkulturalisme dan digital citizenship. Salah satu metode yang digunakan oleh Unpar agar program ini efektif adalah dengan belajar di dan bersama masyarakat. dengan harapan mahasiswa memiliki sikap kritis dan kepekaan dalam memecahkan masalah.



Kiky dan Azhary memiliki pengalaman kerjasama dengan masyarakat sebagai fasilitator yang sering mendampingi masyarakat dalam memecahkan permasalahan mereka. Pengalaman mereka diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam menjalankan peran dan tanggung jawab mereka kelak di masyarakat. Lebih lanjut, Sophan menegaskan bahwa bela negara tidak boleh diartikan dan dipahami secara sempit, misalnya perang fisik, tetapi dipahami dalam konteks yang lebih luas misalnya membangun masyarakat agar berdaya dan bermatabat.
Nilai Rohani, Moral dan Karakter Menjamin Keutuhan Bangsa
Azhary yang membawakan materi berjudul “Anti Korupsi dan Ketahanan Ideologi”, menggarisbawahi bahwa kunci sukses program Bela Negara MBKM adalah belajar dan bekerja sama dengan masyarakat dalam semangat pelayanan. Hal ini selaras dengan motto Yayasan Wadah yaitu “We Grow to Serve and We Serve so that Others May Grow Together with us”. Artinya, pada saat melakukan kegiatan bersama masyarakat, mahasiswa dan masyarakat harus mendapatkan manfaat dari kegiatan itu. Menurut Azhary, agar tema Bela Negara lebih mudah dipahami, maka tema itu perlu dibumikan dalam tindakan sederhana yang dapat dimulai dengan memahami siapa diri dan peran masing-masing. Selain itu dibutuhkan pula kecerdasan sosial dan spiritual semua pihak yang terlibat di dalamnya sehingga tidak mengalami fenomena “stunting moral”. Seseorang yang menyadari diri dan perannya sehingga tidak stunting moral akan memiliki kemampuan dalam membangun negara, misalnya dengan tidak korupsi. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang diturunkan oleh nenek moyangnya. Nilai-nilai itu kemudian menjadi sebuah ideologi bangsa yang menjadi penopang yang harus terus dirawat karena telah terbukti menjaga keutuhan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Melalui kerja bersama masyarakat, peserta MBKM bela negara pasti mendapatkan dan mengalami secara kongkrit, implementasi nilai-nilai moral dan ideologi bangsa yang terus hidup. Dengan pengalaman itu pula, mahasiswa diharapkan dapat mengambil peran sekecil apapun untuk menjaga ketahanan ideologi bangsa.



Media Sosial Sebagai Desa Global
Zakiyah Samal yang akrab disapa Kiky membawakan materi berjudul “Kearifan Lokal dan Digital Citizenship”. Menurut Kiky, kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam menyiasati lingkungan hidup, lalu proses tersebut diperkenalkan secara turun temurun. Kearifan itu sendiri sesungguhnya bersifat universal dan merupakan praktek-praktek baik yang ada di daerah-daerah dan masyarakat Indonesia. Sedangkan Digital Citizenship merupakan kualitas individu merespon sebuah hubungan sosial melalui dunia digital. Hal ini menjadi penting karena kita ada di kehidupan global, dimana jarak berlaku relatif.
Dengan teknologi digital, semua orang bebas berkreasi sebanyak mungkin dalam media sosial. Dampaknya tentu ada yang positif maupun negatif, semuanya memiliki konsekwensi. Layaknya sebuah desa, yang merupakan sebuah etalase bangsa, media sosial adalah sebuah desa global. Untuk mengantisipasi dampak negatifnya, diperlukan kemampuan untuk saling menghormati, saling menghargai, saling belajar, saling memberi inspirasi kemudian melindungi hak dari setiap warga negara seperti konsep yang dihadirkan Microsoft yakni “Respect, Educate dan Protect”.
Sebagaimana Visi Wadah yaitu “Mewujudkan Masyarakat Yang Berdaya dan Bermartabat”, maka untuk mewujudkannya dibutuhkan dukungan generasi muda yang memahami peran dan tanggung jawabnya di era digital. Dengan tetap berlandas pada etika dan norma, dunia digital akan berkontribusi terhadap pembangunan termasuk dalam memberikan kontribusi sosial, misalnya dengan adanya platform digital yang memudahkan kita untuk bisa ikut berkontribusi memberikan bantuan kepada teman-teman kita di seluruh pelosok Indonesia. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa teknologi digital dapat membawa dampak negatif yang dapat diantisipasi dengan terus menerus menanamkan dan menjalankan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang luhur sebagai benteng kita agar bijak dan arif menggunakan teknologi.
Kiky menutup presentasinya dengan mengambih contoh program pendidikan yang dijalankan oleh Wadah. Salah satunya adalah mendampingi komunitas yang menyelenggarakanPAUDuntuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang universal seperti Ketuhanan, Ketulusikhlasan, Kekeluargaan, Kerendahan Hati, Kebersamaan dan Keberagaman. Salah satu PAUD dampingan Wadah yang mengadopsi nilai-nilai tersebut, kini ikut program sekolah penggerak dalam Kurikulum Merdeka. Semoga ini menjadi salah satu kontribusi Wadah dalam program bela negara.



Kiky juga menggarisbawahi bahwa dibutuhkan kolaborasi seluruh masyarakat untuk mendidik seorang anak apalagi di era digital yang berpotensi mereduksi nilai-nilai yang dianut sebuah keluarga. Dalam kondisi seperti ini anak-anak muda harus terus terkoneksi dengan kearifan-kearifan. Dan bela negara dalam pandangan Kiky, merupakan dampak dari kesadaran beberapa individu dan bentuk akhir dari kerja kolektif melalui kesanggupan bergotong-royong dari setiap keluarga dengan keluarga lainnya dan individu dengan individu lainnya. Melalui kerjasama dengan pihak kampus, nilai-nilai dan praktik baik Wadah diharapkan bisa lebih tersebar luas dan turut berpartisipasi meningkatkan kualitas moral dan spiritual pemuda-pemudi bangsa.
Romo Yohanes Driyanto, Kepala Lembaga Pengembangan Humanior (LPH)dan Dosen Mata Kuliah Agama Katolik dan Hukum Gereja di Universitas Katolik Parahyangan pada akhir seminar tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal bekerjasama dengan masyarakat Yayasan Wadah dapat menjadi salah satu role model bagi para mahasiswa yang hadir dan bisa mulai dipraktekkan dalam menjalankan peran mereka di masyarakat.
Peserta tampak antusias mengikuti seminar tersebut dan aktif bertanya maupun berdiskusi pada sesi tanya jawab. Topik yang sangat menarik dan disukai mahasiswa dalam sesi ini, selain mengenai kaitan digital citizenship dengan kearifan lokal juga mengenai Stunting moral dan rohani.
Author: Ni Luh Devi Kusumawati
Editor: Paula Stela dan Yohanes Ghewa