Salah satu bidang pelayanan Wadah Foundation adalah pengembangan ekonomi masyarakat (PEM). Tujuannya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat dampingan melalui bidang ekonomi dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Untuk itu, pada tahun 2018, Wadah Foundation meluncurkan sebuah program Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP) di seluruh wilayah dampingan, termasuk di 4 komunitas di wilayah Sikka, Nusa Tenggara Timur. Keempat komunitas tersebut adalah Wolongpaut, Wolomude, Wuring Lembah dan Pomat.
Untuk mengikuti program UBSP ini, anggota diwajibkan menyetor simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela yang jumlahnya disepakati bersama oleh anggota kelompok UBSP. Uang yang dikumpulkan ini digunakan sebagai modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dan dikembalikan dengan cara diangsur selama 10 bulan dengan jasa pinjaman sebesar 1% per bulan. Jika jumlah uang yang terkumpul terlalu besar untuk dipinjamkan kepada satu orang maka sisa uang tersebut dapat dipinjamkan kepada peserta lain yang mau dan membutuhkan sehingga tidak ada lagi uang yang tersisa di kas.
Penyaluran pinjaman dilakukan dengan menggunakan 2 model yakni pemberlakuan daftar tunggu dan lotre/undian. Dengan daftar tunggu, setiap anggota UBSP diberi kebebasan untuk menentukan kapan dia mau meminjam dan penyaluran pinjaman disesuaikan dengan waktu yang ditentukan anggota. Sedangkan dengan lotre, setiap anggota dipersilahkan untuk menarik undian sehingga pinjaman diberikan sesuai dengan urutan nomor undian, mulai dari yang terkecil sampai selesai.
*Foto kiri adalah kelompok UBSP Wolomude - Foto kanan adalah kelompok UBSP Wolongpaut.
Agar program ini berjalan dengan baik, Wadah Foundation melakukan pendampingan kepada Pengurus dan angggota dengan prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota dibantu secara pribadi dengan memberi dukungan emosional dan keterampilan pengelolaan keuangan yang diperlukan agar dana pinjaman dapat digunakan secara tepat, bermanfaat dan tidak menunggak angsuran. Selain itu, anggota juga diberikan latihan keterampilan manajemen usaha.
Dalam enam tahun perjalanannya, UBSP di wilayah Sikka telah mengalami pertumbuhan, baik dari jumlah anggota maupun jumlah simpanan. Sebagai contoh, di komunitas Wolongpaut, jumlah anggota pada awal pembentukannya di tahun 2018 adalah 9 orang dengan jumlah simpanan awal Rp. 10.000. Besar pinjaman yang disalurkan saat itu adalah Rp. 90.000. Pada tahun 2024 ini jumlah anggota UBSP di komunitas Wolongpaut menjadi 27 orang dan jumlah simpanan menjadi Rp. 15.000-Rp. 20.000. Besarnya pinjamanpun naik antara Rp. 2.000.000 sampai Rp. 3.000.000. Naiknya besaran pinjaman menjadi 2-3 Juta itu dipengaruhi oleh tambahan jumlah simpanan pokok sebesar Rp. 100.000 dan jasa pinjaman.
Karena itu kepercayaan anggota dan masyarakat terhadap program ini terus mengalami peningkatan yang ditandai juga dengan kepatuhan mereka untuk tidak menunggak angsuran. Hal ini juga menjadi bentuk konfirmasi akan pentingnya dukungan emosional dan motivasi serta sosialisasi mengenai cara pemanfaatan pinjaman untuk pengembangan usaha, serta pelatihan pencatatan keuangan keluarga yang diberikan oleh Wadah.
*Di sebelah kiri adalah kegiatan memarut kelapa, di tengah adalah kegiatan menggulung benang, dan di sebelah kanan adalah kegiatan menenun.
Lantas untuk apa anggota menggunakan pinjaman UBSP tersebut? Sejumlah anggota yang ditemui pada saat survey dampak program Wadah di Sikka mengatakan bahwa dana pinjaman UBSP digunakan untuk biaya pendidikan anak, penambahan modal usaha, mapun pengembangan usaha. Mereka juga mengakui bahwa UBSP membawa manfaat yang sangat besar bagi diri, keluarga maupun masyarakatnya. Karena itu mereka terus berkomitmen untuk memperkuat dan meningkatkan peran mereka di UBSP yang telah memberikan dampak positif dengan meningkatnya kondisi ekonomi mereka. Dengan adanya UBSP mereka dapat mengakses modal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, membuka atau mengembangkan usaha tanpa dibebani persyaratan teknis atau administratif seperti yang berlaku di bank.
Salah seorang ibu yang ditemui saat survey tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan mengungkapkan “saya sangat bersyukur menjadi anggota UBSP, sehingga saya bisa membeli baju sekolah sa pu anak, membayar uang sekolah dan menggunakan pinjaman untuk beli benang tenun, sehingga saya bisa jual hasil tenun untuk membayar angsuran.” Dari kegitan menenun, dalam satu minggu ia bisa menjual setidaknya 1 lembar kain dengan kisaran harga Rp. 200.000-Rp. 500.000. Uang hasil penjualan kain digunakan untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, mengembangan usaha dan membayar angsuran.
UBSP telah menjadi salah satu program yang efektif dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat di komunitas dampingan Wadah. Dengan prinsip yang transparan dan pendampingan yang berkelanjutan, program ini dapat terus dikembangkan untuk menjadi pilar keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi komunitas guna mewujudkan impian masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.
*Foto kiri adalah kelompok UBSP Pomat - Foto kanan adalah kelompok UBSP Wuring Lembah.
Author: Ghewa Yohanes
Editor: Paula Stela Nova Landowero