MEMETIK INSPIRASI DARI OM BOTU - MEMBERI MANFAAT DAN BERDAMPAK

Pada tahun 2012, Wadah Foundation mulai merintis kerjasama dengan Barefoot College International India dibidang pemberdayaan perempuan dan listrik tenaga surya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Wadah adalah mitra pelaksana program Barefoot dalam penyediaan listrik tenaga surya (LTS) bagi desa-desa yang belum dialiri listrik di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Program ini dimulai dengan menyiapkan sumber daya manusia untuk memastikan keberlanjutannya. Karena itu pada tahap awal Barefoot dan Wadah memilih 8 mama yakni 1 dari Pomat, 3 dari Wuring Lembah, 2 dari Wolomude – Kabupaten Sikka dan 2 dari Koa, Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk dilatih menjadi teknisi LTS di kampus Barefoot Tilonia Rajasthan India.

Dari sinilah keberadaan sosok bernama Gaudensius Botu yang akrab disapa Om Botu ini berawal. Botu adalah salah satu warga dusun Pomat di Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat, Sikka, NTT yang di tahun 2015, adalah penerima manfaat program LTS.

Botu dan beberapa laki-laki penerima manfaat di dusun Pomat ini dilatih untuk membantu mama Agnes Delima, yang pulang belajar dari India untuk melakukan kegiatan instalasi yang meliputi pemasangan panel, kabel, lampu dan komponen LTS lainnya di rumah-rumah penduduk. Sejak saat itulah Botu, tamatan STM Bangunan yang sehari-harinya bekerja serabutan sebagai petani dan tukang bangunan mulai mengenal dan akrab dengan LTS. Bahkan setelah pekerjaan instalasi selesai, ia terus menekuni LTS dengan melakukan uji coba di rumahnya sendiri. Ia pun tidak menolak ketika dimintai bantuan untuk memperbaiki lampu atau jaringan LTS yang tidak berfungsi di rumah tetangganya.

Botu juga mendapat tambahan pengetahuan dan ketrampilan dari Mama Rasmi, teknisi LTS yang belajar di kampus Barefoot Tilonia Rajasthan India pada tahun 2013. Botu berhasil melakukan berbagai terobosan. Misalnya, membuat senter dan lampu belajar bertenaga LTS dari bahan bekas, serta memodifikasi jaringan LTS secara otodidak dengan menambahkan sekering sebagai pengaman sehingga komponen LTS yang semula hanya bisa menyalakan 3 titik lampu, setelah penggunaan sekering dapat menyalakan 6 titik dengan durasi yang lebih lama.

Tidak hanya itu, penggunaan sekering ini ternyata dapat memperpanjang usia pemakaian aki, yang semula lima tahun menjadi delapan tahun. Prestasinya ini akhirnya membuat Botu direkrut oleh Wadah untuk menjadi staf khusus bidang LTS.  

Kontribusi Botu terhadap program LTS pun berlanjut dan semakin besar ketika pada Juni-Juli tahun 2022 dilaksanakan Pelatihan LTS di Mbay, bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pemda Kab Nagekeo, yang diikuti oleh 11 peserta yang terdiri dari 10 perempuan dan 1 laki-laki di mana mama Rasmi bertindak sebagai pelatih utama dan Botu sebagai pelatih pendamping. Pelatihan ini menambah kepercayaan diri Botu akan kemampuan yang dimilikinya.

Sejak saat itu wilayah pendampingan Botu pun bertambah, dari hanya 1 komunitas menjadi 11 komunitas yang terdiri dari 3 komunitas di kabupaten Sikka, 5 komunitas di kabupaten Nagekeo, 2 komunitas di kabupaten Alor dan 1 komunitas di kabupaten TTS.

Dampak dari pendampingan Botu pun langsung terasa. Saat ini Botu mendampingi 60 orang teknisi dan kader LTS agar mereka semakin terampil dan inovatif seperti yang telah dilakukan Botu. Sebagian dari dampingan Botu bahkan telah menjadi pelatih bagi anak muda di desa mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam pemasangan panel, kabel, lampu dan komponen LTS lainnya di rumah-rumah penduduk yang menerima bantuan LTS.

Program LTS saat ini semakin berkembang, demikian pula Botu dan inovasinya sehingga membuat penerangan lampu jalan dengan tenaga LTS yang mangkrak karena tidak ada perawatan di desa Tasi, Kabupaten Alor akhirnya bisa berfungsi.

Melalui pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah desa, program LTS masih berkelanjutan. Lampu LTS masih terpasang, dan berfungsi sejak tahun 2015 hingga saat ini. LTS bisa bertahan karena adanya perawatan rutin, seperti yang dilakukan oleh Botu. Dengan adanya lampu LTS anak-anak bisa belajar di malam hari, orangtua melakukan pekerjaan di malam hari seperti memecah kemiri, mengupas kacang, ikat benang untuk tenun, dll. “Berkat keberadaan LTS kami merasakan terang dimalam hari”, “kami dilatih oleh Botu, supaya Ketika terjadi kerusakan lampu LTS di rumah, kami bisa memperbaikinya sendiri” kata Bapak Vinsen Tefa dari Desa Koa.

Author: Wahyuning Dwi Ndraha

Editor: Paula Stela Landowero

Comment

Recent Posts

Follow Us

Our Youtube Channel