Salah satu fokus pendampingan Yayasan Wadah sejak didirikan pada tahun 2008 adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) karena di Posyandu inilah masyarakat, terutama yang tinggal di desa-desa terpencil dan terisolasi mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang mudah, murah dan terjangkau. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan Balita.
Posyandu dikelola oleh sekelompok kader yang merupakan warga masyarakat setempat baik laki-laki maupun perempuan yang dipilih oleh masyarakat sendiri karena dianggap cakap dan mampu bekerja secara sukarela. Dalam kegiatan pengelolaan tersebut seorang kader Posyandu harus mampu menetapkan sasaran, fungsi, manfaat, pengorganisasian, pembentukan dan mengembangkan Posyandu. Sedangkan dalam hal penyelenggaraan Posyandu, seorang kader harus terampil menjalankan sistim 5 meja yang terdiri dari pendaftaran di meja satu, penimbangan di meja dua, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) di meja tiga, penyuluhan di meja empat dan pelayanan kesehatan di meja lima.
Kali ini Wadah akan membagi pengalaman pendampingan Posyandu di desa Koa di Kecamatan Molo Barat. Desa Koa menjadi desa yang didampingi oleh Yayasan Wadah sejak program Listrik Tenaga Surya bantuan Barefoot College, India, dijalankan bersama dengan Pemerintah Desa Koa sejak tahun 2013. Sejak tahun 2022 pendampingan Yayasan Wadah kepada aparat Pemerintah Desa Koa mulai fokus di bidang pelayanan Kesehatan, apalagi Kabupaten Timor Tengah Selatan menduduki peringkat tertinggi prevalensi balita stunting di Indonesia dengan angka 48,3% berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021.
Desa Koa memiliki 4 Posyandu yang terletak di Fafioban, Fatuliman, Kabukolen, dan Haususu dengan kader Posyandu yang telah memiliki kecakapan pengelolaan maupun penyelenggaraan kegiatan. Namun demikian, para kader menganggap masih memerlukan peningkatan kapasitas dalam aspek penyuluhan. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan menggerakkan masyakat untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak.
Pelatihan penyuluhan kesehatan diikuti oleh 7 orang kader dari 4 Posyandu dilaksanakan pada tanggal 27-28 Juli 2023 di Kantor Desa Koa. Selama 2 hari itu para Kader yang terdiri dari Yohana, Orsila, Esmi, Nia, Serli, Ona, dan Yance belajar teknik dan metode penyuluhan, dengan Rita Wadu dari Rumah Wadah Daerah Kupang Koa sebagai fasilitatornya. Pelatihan ini dimulai dengan membangkitkan kesadaran para kader akan pentingnya kegiatan penyuluhan, bagaimana mengemas pesan penyuluhan yang menarik, melakukan uji coba, mengevaluasi, dan kemudian bagaimana mengadopsi serta menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari baik di Posyandu maupun di masyarakat.
Dengan demikian para kader diharapkan semakin mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih professional sesuai dengan peran strategis mereka sebagai pelaksana dan ujung tombak kegiatan kesehatan masyarakat.
Peran strategis kader Posyandu yang dimaksud di sini termasuk memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mereka sehingga terjadi perubahan perilaku dan pola hidup bersih dan sehat pada perempuan usia produktif, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi maupun anak berusia di bawah lima tahun. Untuk dapat menjadi penyuluh yang baik, seorang kader Posyandu juga harus menguasai keterampilan komunikasi agar pesan penyuluhan yang disampaikan menjadi semakin inovatif dan mudah dimengerti sehingga berdampak pada perubahan perilaku yang semakin positif.
Peningkatan kapasitas penyuluhan bagi kader Posyandu ini juga didorong oleh kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil di bidang kesehatan terutama di desa Koa yang cukup jauh dari akses Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas maupun Polindes. Dengan keterbatasan seperti ini kader Posyandu menjadi pihak yang paling diandalkan dalam memberikan informasi kesehatan dan menjadi penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan tersebut.
Dalam pelatihan ini, setiap kader didampingi secara intens dan personal, sehingga masing-masing memahami, merasakan, dan mampu mencoba teknik penyuluhan baik selama pelatihan maupun setelah pelatihan. Dalam alur ini, pada hari pertama, kader diarahkan untuk mengisi pre-test sebagai awal untuk menyadari kebutuhan dan masalah yang ingin diatasi bersama, kemudian membangun interest untuk menumbuhkan minat dalam mengikuti pelatihan dan keaktifan dalam mencari sumber informasi. Selanjutnya Kader dilatih untuk mampu menyampaikan informasi yang menggugah hati dan persuasif agar penerima informasi mau mencari tahu dan merasa membutuhkan informasi yang disampaikan oleh kader. Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi untuk melihat hasil dan manfaat atau keuntungan yang mereka peroleh dari informasi yang telah mereka terima.
Mereka juga mendapat giliran untuk mencoba keterampilan spesifik dalam menyampaikan informasi sesuai arahan dari fasilitator dalam diskusi kelompok, dan role play yang dikemas melalui permainan, kemudian kader melakukan adoption yaitu meniru dengan menerapkan keterampilan yang telah diterima, dengan inovasi yang tidak terbatas.
Hasil akhir dari pelatihan ini adalah meningkatnya keterampilan penyuluhan pada para kader yang diharapkan akan berdampak pada munculnya kader yang memiliki potensi dalam menggerakkan masyarakat melalui teknik penyuluhan, sehingga mereka memiliki kemampuan dalam merumuskan pesan, pengunaan metode dan pengelolaan metode penyuluhan untuk menyebarluaskan informasi secara persuasif dan mendidik dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan kesejahteraan hidup masyarakat.
Author: Wahyuning Dwi Ndraha
Editor: Yan Ghewa