Namanya Natersia Da Silva, biasa disapa Nata, lahir tanggal 24 Maret 1987 di Desa Babulo, Kecamatan Same, Kabupaten Manufahi, Timor Timur. Saat ini Nata tinggal di desa Koa Kecamatan Molo Barat Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Ia adalah salah satu pengurus Rumah Wadah Daerah Kupang Koa dan juga pendamping masyarakat di bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP), Komite Listrik Tenaga Surya, serta aktif sebagai pengurus gereja.
Berawal dari jiwa sosialnya yang tinggi, Nata merintis PAUD di Fafioban, desa Koa untuk anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Sebelum itu anak-anak usia 4-6 tahun di Fafioban tidak bisa belajar di PAUD karena hanya ada 1 PAUD di pusat desa dengan jarak yang sangat jauh dan kadang harus menyeberang sungai.
Pada bulan Mei 2015 Nata bersama 5 temannya membentuk sebuah PAUD yang diberi nama Permata Bunda dan mulai menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan 16 anak di sebuah ruang serbaguna bengkel Listrik Tenaga Surya (LTS). Lokasi PAUD itu dapat dijangkau oleh setiap anak di Fafioban dengan hanya berjalan kaki sekitar 5 sampai 10 menit saja. Namun tantangan lain pun muncul.
Orang tua dari anak-anak PAUD yang semula antusias mengirim anaknya belajar, tiba-tiba berubah pikiran, menolak mengantar anak mereka ke sekolah karena meragukan kemampuan Nata dan 5 guru lainnya dalam aspek pendidikan anak. Apalagi penampilan Nata dan rekan gurunya tidak seperti yang masyarakat kenal selama ini, yakni berseragam dan menyandang gelar tertentu. Akibatnya sekolah pun terhenti. Meskipun sedih, Nata tidak putus asa. Selama dua minggu ia keluar masuk rumah menjelaskan kepada orang tua mengenai pentingnya pendidikan bagi anak usia dini.
Nata dengan niat pelayanan yang tulus, terus berjuang untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat.“Kalau misalnya mama-mama tidak percaya sama teman-teman yang ada, percaya saya, mama-mama tahu saya sempat jadi Guru SD, pasti saya punya pengalaman. Mereka memang tidak ada ijazah, tetapi mereka punya kemauan untuk melayani, daripada anak-anak ini mama-mama biarkan bermain tidak jelas mending bawa ke PAUD, disana kami bisa menghitung dan belajar sambil bermain” demikian Nata meyakinkan orang tua agar mau mengijinkan anak-anak mereka ke PAUD Permata Bunda.
Nata bersama 5 rekan gurunya tidak putus asa. Mereka bolak bali berkunjung hingga orang tua secara perlahan memahami posisi para guru dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Akhirnya orang tua mengijinkan anak mereka melajutkan pendidikan di PAUD Permata Bunda.
Praktik baik yang ditunjukkan Nata dalam pendampingan di PAUD lambat laun menarik semakin banyak orang tua di Fafioban yang dengan sukarela membawa anak maupun keponakan mereka untuk dididik di Permata Bunda. Sejak tahun 2015 hingga hari ini PAUD Permata Bunda telah menamatkan 111 orang, dan 27 orang sedang dalam proses belajar.
Atas perjuangan Nata dan para guru yang tak kenal lelah, pada tahun 2018 PAUD Permata Bunda mendapat dukungan sebuah gedung baru dengan fasilitas memadai yang dibangun atas kerjasama Yayasan Wadah dengan BRI Peduli.


Ketika ditanya mengapa Nata dan rekan gurunya tidak menyerah dalam memperjuangkan dan mempertahankan pelayanan mereka di sana, ia menjawab Yayasan Wadah adalah motivator yang membuatnya tetap melakukan pelayanan hingga saat ini. Nata adalah contoh perempuan yang berkarya dan berdaya. Ia sudah mampu memimpin dirinya sendiri, mampu mengelola emosi, dan meneguhkan hatinya untuk terus melakukan pelayanan yang berdampak bagi orang lain. Kisah Inspiratif Nata sebagai perempuan pejuang pendidikan, menunjukkan bahwa dalam pelayanan dibutuhkan kemauan, niat, dan kesabaran untuk dapat mengubah harapan menjadi kenyataan. Nata telah menunjukkan keteladanan melalui tindakan dan perilaku yang berdampak positif bagi orang lain dengan komitmen yang kuat dan konsisten menjalankannya hingga hari ini.
Author: Wahyuning Dwi Ndraha
Editor: Ghewa Yohanes